Hasil Autopsi Mumi – Mumi yang dikenal sebagai Screaming Woman atau Perempuan Menjerit telah lama menjadi misteri dalam dunia arkeologi. Berdasarkan hasil autopsi terbaru, para ilmuwan menduga bahwa mumi ini meninggal dalam keadaan sangat menderita, dengan rasa sakit yang luar biasa pada saat-saat terakhir hidupnya.
Ekspresi wajah yang tampak seperti menjerit pada mumi ini telah membingungkan para peneliti selama bertahun-tahun. Hasil autopsi menunjukkan bahwa posisi tubuh dan ekspresi wajah mumi ini bukanlah kebetulan, melainkan bukti dari kondisi fisik yang dialaminya menjelang kematian. Para ilmuwan berspekulasi bahwa ia mungkin menderita sakit atau mengalami situasi yang membuatnya tidak berdaya, sehingga meninggalkan ekspresi dramatis tersebut pada muminya.
Penelitian ini semakin memperkaya misteri dan memicu lebih banyak pertanyaan tentang siapa sebenarnya Perempuan Menjerit ini, apa yang terjadi padanya, dan apa yang menyebabkan kematiannya. Temuan terbaru ini menunjukkan betapa kompleks dan menyakitkan sakaratul maut yang mungkin dialaminya, memberikan wawasan baru tentang kehidupan dan kematian di zaman kuno.
Mumi ‘Perempuan Menjerit’: Misteri dan Keunikan Teknik Mumifikasi Berusia 3.500 Tahun
Mumi yang dikenal sebagai Perempuan Menjerit diperkirakan berusia sekitar 3.500 tahun dan memiliki beberapa keunikan yang membuatnya istimewa di dunia arkeologi. Selain ekspresi wajahnya yang tidak biasa, mumi ini terawat dengan sangat baik berkat teknik mumifikasi berkualitas tinggi yang menggunakan bahan-bahan pembalsam mewah dan mahal. Zat-zat ini tidak hanya diterapkan pada bagian luar tubuh, tetapi juga meresap hingga ke organ-organ dalamnya, yang jarang ditemukan dalam proses mumifikasi pada umumnya.
Menariknya, organ-organ dalam tubuh mumi ini masih ditemukan dalam kondisi utuh. Biasanya, organ yang tersisa utuh menunjukkan teknik mumifikasi yang kurang sempurna, karena proses pengawetan terbaik pada masa itu cenderung mengeluarkan organ untuk mencegah pembusukan. Namun, dalam kasus Perempuan Menjerit, tubuh dan organ-organ dalamnya tetap terjaga dengan baik selama ribuan tahun, menunjukkan betapa rumit dan efisiennya teknik mumifikasi yang diterapkan.
Keberadaan mumi ini memberikan wawasan tentang kehidupan elit Mesir kuno, di mana hanya mereka yang memiliki status sosial tinggi yang mampu melakukan mumifikasi dengan bahan-bahan premium. Selain itu, kondisi mumi ini membuka peluang bagi para peneliti untuk mempelajari lebih lanjut teknik pengawetan dan ritual kematian pada masa itu. Dengan setiap penemuan baru, misteri Perempuan Menjerit semakin menarik dan terus memicu penelitian lanjutan untuk memahami sejarah panjang di balik kehidupannya yang dramatis.
Rahasia Mumifikasi di Mesir Kuno: Penemuan Mengejutkan tentang Mumi ‘Perempuan Menjerit’
Mumifikasi di Mesir Kuno terus menjadi sumber misteri dan penemuan menarik bagi para ahli arkeologi dan sejarah. Salah satu pernyataan menarik datang dari Sahar Saleem, co-author studi dan ahli radiologi mumi di Kasr Al Ainy Hospital of Cairo University, yang mengatakan, “Mumifikasi di Mesir Kuno masih penuh dengan rahasia-rahasia.” Penemuan terbaru tentang mumi Perempuan Menjerit menambah daftar misteri tersebut.
Saleem mengungkapkan, “Ini merupakan suatu kejutan bagi saya, karena metode klasik mumifikasi di Kerajaan Baru (sekitar tahun 1550 hingga 1070 SM) biasanya meliputi pembuangan semua organ kecuali jantung.” Namun, kondisi mumi ini justru menunjukkan bahwa organ dalamnya tetap utuh, yang bertentangan dengan praktik umum pada masa itu. Temuan ini menunjukkan bahwa teknik mumifikasi yang digunakan mungkin memiliki variasi atau perubahan yang belum sepenuhnya dipahami.
Keunikan dalam metode mumifikasi Perempuan Menjerit membuka peluang untuk mengeksplorasi lebih dalam praktik-praktik pengawetan tubuh di Mesir Kuno. Hal ini juga menunjukkan bahwa ada kemungkinan tradisi dan ritual yang berbeda diterapkan pada individu tertentu, terutama bagi mereka yang memiliki status sosial tinggi. Penemuan ini tidak hanya memberikan wawasan baru tentang mumi ini, tetapi juga memperkaya pemahaman kita tentang kebudayaan Mesir kuno dan bagaimana mereka memandang kehidupan serta kematian.
Dengan setiap studi baru, misteri-misteri yang menyelimuti mumifikasi di Mesir Kuno semakin terbongkar, memberikan kita pandangan yang lebih dalam tentang praktik dan keyakinan yang membentuk masyarakat pada zaman tersebut.
Misteri Mumi ‘Perempuan Menjerit’: Kematian yang Menyakitkan Terungkap dalam Studi Terbaru
Hasil penelitian terbaru yang dipublikasikan di jurnal Frontiers in Medicine mengungkap misteri di balik mumi Perempuan Menjerit, yang dikenal dengan ekspresi mulut menganga, seolah menjerit kesakitan saat kematian. Meski bukan satu-satunya mumi dengan mulut terbuka, kondisi ini menarik perhatian para ilmuwan karena diyakini terkait dengan momen-momen sakaratul maut yang menyakitkan.
Sahar Saleem, ahli radiologi mumi yang terlibat dalam penelitian, menjelaskan bahwa biasanya, mulut terbuka pada jenazah terjadi karena otot-otot yang mengendur setelah kematian. Para pembalsem Mesir kuno sering kali melilitkan rahang jenazah untuk memastikan mulut tetap tertutup. Namun, kasus Perempuan Menjerit ini berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekspresi menjerit tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh kejang kadaver, yaitu kontraksi otot yang terjadi tepat sebelum kematian, yang dapat menunjukkan kematian yang penuh rasa sakit.
Saleem menjelaskan bahwa kejang kadaver bisa terjadi pada kematian yang traumatis, seperti akibat penganiayaan, tenggelam, atau tindakan menyakiti diri sendiri. Kendati demikian, penyebab pasti kematian mumi ini masih belum terungkap. Berdasarkan analisis struktur tulang, ilmuwan memperkirakan perempuan ini berusia sekitar 48 tahun dan memiliki tinggi 1,5 meter. Ada juga tanda-tanda radang sendi ringan di tulang belakangnya dan beberapa gigi yang hilang, kemungkinan besar tanggal sebelum kematian.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan lebih banyak informasi tentang kehidupan dan kematian Perempuan Menjerit berkat tubuhnya yang terawetkan dengan sangat baik. Saleem menggambarkan tubuh mumi ini sebagai “kapsul waktu,” yang menyimpan informasi berharga tentang kehidupannya, penyakit yang mungkin dideritanya, serta keadaan kematiannya yang diduga menyakitkan. “Jenis penelitian ini memanusiakan mumi dan memungkinkan kita memandangnya sebagai manusia,” ujar Saleem.
Mumi Perempuan Menjerit saat ini disimpan di Egyptian Museum di Kairo, sementara peti mati dan cincin perhiasannya dipajang di Metropolitan Museum of Art, New York.
Informasi berita teknologi lainnya terupdate.