Proses pencarian korban dari runtuhnya gedung Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo terus berlanjut tanpa henti. Hingga malam menjelang, jumlah korban tewas mencapai 54 jiwa, di mana lima di antaranya ditemukan dalam kondisi terpotong. Tim evakuasi yang terintegrasi terdiri dari berbagai pihak, melakukan segala upaya untuk menyelamatkan yang terjebak di reruntuhan.
Upaya pencarian ini dilakukan oleh Basarnas dibantu oleh aparat kepolisian dan masyarakat setempat. Dengan menggunakan alat berat dan teknik manual, mereka bekerja keras untuk mengangkat puing-puing dan mencari tanda-tanda kehidupan di lokasi kejadian. Tim dinyatakan siaga penuh, mengingat kondisi di lapangan yang tidak menentu dan berpotensi berbahaya.
“Pembersihan struktural terus berlanjut, kami tidak mau ada yang terlewat,” ujar salah satu petugas yang terlibat di lapangan. Dimungkinkan terdapat lebih banyak lagi korban yang masih terjebak, dengan harapan agar evakuasi segera menemukan mereka.
Tragedi Runtuhnya Gedung yang Mengguncang Sidoarjo
Gedung tiga lantai yang terdiri dari musala dan asrama putra ambruk pada sore hari ketika santri sedang melaksanakan Salat Ashar. Kejadian mendebarkan ini terjadi di tengah pembangunan gedung yang seharusnya menjadi tempat beribadah dan belajar bagi para santri. Saat kejadian, gedung tersebut dijadwalkan untuk selesai dalam waktu dekat.
Sejumlah saksi mata mengungkapkan betapa cepatnya kejadian itu berlangsung, membuat banyak orang panik dan berlarian mencari tempat aman. “Sementara kami salat, tiba-tiba suara gemuruh keras terdengar dan kami tahu sesuatu yang buruk terjadi,” ungkap seorang santri yang selamat.
Tim pengendalian bencana bekerja siang dan malam untuk mencapai bagian bangunan yang paling sulit dijangkau. Dugaan sementara penyebab ambruknya gedung berkaitan dengan kualitas konstruksi yang tidak sesuai standar. Pihak berwenang berjanji untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh setelah semua korban berhasil dievakuasi.
Evakuasi dan Identifikasi Korban yang Masih Berlanjut
Tim evakuasi mengkonfirmasi bahwa mereka telah menemukan total 157 orang, di mana 104 di antaranya berhasil diselamatkan. Proses identifikasi oleh tim DVI Polda Jatim sangat diperlukan untuk memastikan identitas para korban yang telah ditemukan. “Kami tidak pernah membayangkan tragedi seperti ini bisa terjadi di tempat kami,” kata salah satu anggota tim pencari.
Dengan adanya potongan tubuh atau body part yang ditemukan dalam proses evakuasi, tim masih menyelidiki kemungkinan bahwa bagian-bagian tersebut saling terhubung. Kasubdit Bencana Basarnas, Emi Freezer, menekankan pentingnya komunikasi antara tim medis dan tim evakuasi dalam upaya identifikasi lebih lanjut.
“Proses identifikasi sangat penting, karena beberapa bagian tubuh dapat berhubungan dengan korban yang sudah ada. Kami berharap dapat memberikan informasi yang lebih akurat secepat mungkin,” jelasnya. Tim tidak hanya berupaya menemukan korban yang masih hidup, tetapi juga untuk memastikan kejelasan bagi keluarga yang ditinggalkan.
Dukungan Masyarakat dan Pihak Terkait
Banyak pihak, termasuk warga sekitar dan LSM, memberikan bantuan baik moril maupun materi. Penggalangan dana dan makanan untuk keluarga korban juga dilakukan oleh berbagai komunitas. Keberadaan para sukarelawan di lokasi kejadian menunjukkan solidaritas yang tinggi dalam menghadapi bencana ini.
Pihak pengelola pondok pesantren berjanji akan memberikan dukungan maksimal kepada keluarga korban yang kehilangan. Mereka berusaha untuk memulihkan layanan dan memberi perhatian bagi santri yang tersisa agar tetap mendapatkan pendidikan di tengah musibah ini.
Kepala Kantor SAR Kelas A Surabaya, Nanang Sigit, mengungkapkan bahwa mereka akan terus melakukan pencarian sampai tidak ada kemungkinan lagi untuk menemukan korban. “Kami berkomitmen untuk mengutamakan keselamatan dan keamanan selama proses pencarian ini,” timpalnya.
Kejadian tragis ini menjadi pelajaran penting bagi masyarakat dan pihak berwenang terkait pentingnya standar keselamatan dalam proses konstruksi. Harapan untuk perbaikan sistem konstruksi di masa depan harus menjadi prioritas utama agar kejadian serupa tidak terulang. Kesadaran akan pentingnya pemeriksaan berkala juga semakin tampak di kalangan masyarakat.
Seluruh warga setempat berharap proses evakuasi bisa berjalan lancar dan semua yang hilang dapat segera ditemukan. Ketidakpastian yang dihadapi keluarga korban menimbulkan duka mendalam, namun dukungan serta doa dari berbagai kalangan menjadi penguat semangat dalam menghadapi calamity ini.