Science · 04/11/2024 0

Sejarah dan Kontroversi Electoral College, Penentu Presiden AS

Sejarah dan Kontroversi – Pemilihan presiden Amerika Serikat bisa dibilang cukup unik dibandingkan dengan sistem pemilu di banyak negara lain. Alih-alih hanya mengandalkan suara rakyat terbanyak, calon presiden AS justru ditentukan oleh Electoral College (Kolese Elektoral). Sistem ini telah menjadi bagian dari proses pemilihan presiden sejak awal berdirinya negara tersebut dan masih menjadi penentu utama hingga saat ini.

Apa Itu Electoral College?

Jika kamu mengikuti politik Amerika, pasti sudah tidak asing dengan istilah ini, atau setidaknya pernah mendengarnya. Namun, apa sebenarnya Electoral College itu? Berikut ini penjelasan selengkapnya mengenai sistem yang menentukan siapa yang akan menjadi Presiden Amerika Serikat.

Sejarah dan Penjelasan Electoral College: Penentu Presiden Amerika Serikat

1. Pengertian Electoral College

Electoral College adalah sekelompok orang yang memilih presiden dan wakil presiden Amerika Serikat. Para pemilih, atau elector, akan memilih calon presiden dan wakilnya di setiap negara bagian. Calon presiden dan wakil presiden yang mendapatkan suara terbanyak dari mereka akan memenangkannya.

Terdapat 538 anggota Electoral College, tetapi seorang kandidat hanya membutuhkan 270 suara untuk bisa dinyatakan sebagai presiden, menurut National Conference of State Legislators. Setiap negara bagian memiliki sejumlah delegasi di Electoral College, berdasarkan jumlah perwakilan di DPR dan Senat, ditambah tiga delegasi tambahan untuk District of Columbia.

Karena jumlah perwakilan elector berbeda di setiap negara bagian, negara bagian seperti California dan Texas memiliki lebih banyak delegasi dibandingkan Alaska dan Montana. Negara bagian dengan jumlah suara Electoral College terbanyak adalah California, Texas, Florida, dan New York, sedangkan yang paling sedikit adalah Alaska, Delaware, District of Columbia, Montana, Dakota Utara dan Selatan, serta Vermont.

2. Mengapa Electoral College Dibentuk?

Pada saat Amerika Serikat baru terbentuk, para Founding Fathers tidak ingin negara dipimpin oleh pemimpin yang dipilih langsung oleh masyarakat umum. Mereka merasa masyarakat umum belum cukup memahami pemerintahan untuk memilih pemimpin yang tepat. Alexander Hamilton membingkai peraturan ini dalam The Federalist Papers, di mana ia menjelaskan bahwa pemilihan presiden lebih baik dilakukan oleh orang-orang profesional yang mampu menganalisis kualitas pemimpin.

Hamilton juga menyebutkan bahwa pemungutan suara tidak langsung bisa mencegah korupsi dan kronisme. Selain itu, di negara-negara bagian yang masih menerapkan perbudakan, budak tidak memiliki hak untuk memilih presiden dan wakil presiden, yang menyebabkan sistem Electoral College sesuai dengan kondisi sosial saat itu. Oleh karena itu, Electoral College diabadikan dalam Konstitusi AS dan terus digunakan hingga kini.

3. Electoral College Tidak Selalu Memilih Kandidat dengan Suara Terbanyak di Negara Bagiannya

Pada prinsipnya, Electoral College seharusnya memilih kandidat yang memperoleh suara terbanyak di negara bagian mereka. Contohnya, jika seorang kandidat memenangkan suara terbanyak di Florida, maka elector di Florida akan memilih kandidat tersebut dan memberikan 35 suara di negara bagian itu. Inilah alasan mengapa media sering dapat memprediksi kandidat pemenang sebelum Electoral College bertemu.

Namun, tidak semua pemilih Electoral College selalu mengikuti suara terbanyak di negara bagian mereka. Ada beberapa contoh ketika para pemilih ini memilih kandidat lain, mereka disebut sebagai pemilih yang tidak setia. Hal ini terjadi beberapa kali, misalnya pada tahun 1948, 1956, 1960, 1968, 1972, dan 1988. Pada 2016, terdapat tujuh pemilih yang memisahkan diri dari suara negara bagian mereka.

4. Beberapa Pihak Ingin Menghapus Electoral College

Electoral College dianggap membingungkan dan menjadi peninggalan masa lalu, ketika populasi Amerika masih sedikit dan tingkat pendidikan masyarakatnya belum tinggi. Pada 1969, ada upaya untuk menghapuskan Electoral College, namun resolusi tersebut tidak disetujui oleh Senat.

Seruan untuk menghapus Electoral College semakin meningkat, terutama ketika kandidat yang memenangkan suara rakyat terbanyak tetap kalah dalam pemilu, seperti yang terjadi pada pemilu 2016. Beberapa pihak, termasuk Vox, menyebut bahwa Electoral College bersifat anti-demokrasi dan tidak mewakili keberagaman negara. Electoral College dianggap lebih menguntungkan negara bagian dengan populasi kecil dibandingkan negara bagian dengan jumlah penduduk yang besar.

Contohnya, di negara bagian kecil seperti Wyoming, satu suara Electoral College setara dengan setiap 193.000 orang, sedangkan di California, satu suara Electoral College setara dengan 718.000 orang. Meskipun banyak yang menuntut penghapusan sistem ini, kecil kemungkinan Electoral College akan dihapuskan dalam waktu dekat.

Electoral College: Sistem Kontroversial yang Masih Dipertahankan

Meskipun kontroversial dan ditentang oleh banyak warga Amerika, sistem Electoral College masih dipertahankan hingga hari ini. Proses resmi penghitungan suara elektoral dilakukan dalam sidang gabungan Kongres pada tanggal 6 Januari, setelah pertemuan para pemilih.

Pada hari tersebut, anggota DPR dan Senat bertemu di DPR untuk melakukan penghitungan resmi suara elektoral. Setelah penghitungan selesai, Presiden Senat mengumumkan siapa yang terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden Amerika Serikat. Proses ini merupakan bagian penting dari demokrasi AS yang menegaskan hasil pemilu secara formal.

 

 

Informasi berita teknologi lainnya terupdate.